Karya Syah Waliyullah al Dihlawi ra
(beliau adalah mujadid abad XII)
(beliau adalah mujadid abad XII)
Dalam Kitab Hijajul Kiramah
Engkau harus mengetahui bahwa tingkat tertinggi manusia adalah “orang-orang yang diberi pemahaman” (mufahhamun), dan mereka adalah orang yang dapat menggabungkan dua kekuatan – kemalaikatan dan kebinatangan – yang ia miliki, dan sisi kemalaikatannya lebih mendominasi. Mereka diutus untuk menciptakan tatanan yang dikehendaki oleh seruan langit (da’iyah haqqaniyyah), dan ilmu Ilahi, serta berbagai keadaan Dewan malaikat tertinggi yang memancar kepada mereka. Ciri-ciri “orang yang diberikan pemahaman” di antaranya adalah: ia memiliki watak yang seimbang dan watak yang harmonis dan bahwa wataknya itu tidak digerakkan secara berlebihan oleh pendapat-pendapat yang parsial (ara juz’iyyah), tidak oleh pemikiran yang berlebihan sehingga ia ditarik dengan cara apapun dari yang universal kepada yang parsial, atau dari ruh kepada bentuk. Di dalam dirinya juga tidak terdapat kebodohan berlebihan yang tidak dapat ditanggalkan untuk kemudian beranjak dari yang parsial menuju yang universal, dan dari bentuk kepada ruh. Ia adalah seorang yang sangat patuh menjalankan perbuatan-perbuatan yang mendapat petunjuk, memiliki tingkah laku yang baik di dalam perbuatan-perbuatan ibadah, dan adil dalam memperlakukan manusia. Ia mencintai keteraturan alam semesta dan cenderung kepada kemaslahatan umum; tidak menyakiti seorangpun kecuali dalam suatu keadaan ketika kebaikan umum tergantung kepadanya atau ketika kemaslahatan umum memaksanya untuk menyakitinya. Ia tetap konsisten dalam kecenderungan kepada Yang Gaib. Pengaruh kecenderungannya ini dapat dilihat dalam perkataannya dan wajahnya, juga dalam semua wataknya, sehingga ia senantiasa mendapat pertolongan dari Yang Gaib. Perbuatan spiritual yang paling sedikit yang terbuka baginya adalah kedekatan kepada Allah dan ketenangan (sakinah) yang tidak tersingkapkan bagi orang lain.
Orang-orang “yang diberi pemahaman” (Mufahhamuun) ada beberapa macam dan kapasitas mereka berbeda-beda:
1. 1. Orang yang mencapai kapasitas paling tinggi dalam menerima ilmu-ilmu dari Allah untuk memperbaiki jiwa dengan jalan beribadah. Orang seperti ini adalah “orang yang sempurna” (kamil).
2. 2. Orang yang mencapai keadaan paling tinggi dalam menerima kebaikan-kebaikan yang diusahakan dan ilmu-ilmu tentang pengaturan urusan-urusan domestic dan sebagainya. Orang yang seperti ini adalah “orang yang bijaksana” (hakim).
3. 3. Orang yang biasanya memahami kebijakan-kebijakan yang komprehensif, kemudian berhasil menegakkan keadilan di antara manusia dan membela mereka dari kezaliman. Orang yang seperti ini disebut “Khalifah”.
4. 4. Orang yang telah mendapatkan kunjungan Dewan Malaikat Tertinggi, mendapatkan pengajaran mereka, berbicara dengan mereka, melihat penampakan mereka, dan orang yang mampu menjelmakan berbagai macam kemuliaan spiritual (karamat). Mereka ini dikenal sebagai “orang yang telah dibantu oleh ruh suci”.
5. 5. Orang yang lidah dan hatinya telah disinari, sehingga manusia disekitarnya mendapat keuntungan dari perkumpulan yang ia selenggarakan dan dari khutbah-khutbahnya. Ia juga mampu mentransfer ketenangan dan cahaya kepada murid-murid dan sahabat-sahabatnya, sehingga mereka mencapai, berkat perantaraannya, tingkat kesempurnaan yang tinggi, sementara ia sendiri tidak pernah berhenti memberikan petunjuk dan bimbingan kepada mereka. Orang seperti ini disebut “pemberi petunjuk yang murni” (hadi muzakki).
6. 6. Orang yang ilmunya terutama berisi pengetahuan mengenai peraturan-peraturan bagi masyarakat keagamaan serta berbagai keuntungan darinya, dan orang yang mendorong (mereka) untuk melakukan peraturan-peraturan itu. Orang seperti ini disebut “pemimpin” (imam).
7. 7. Orang yang diberi ilham untuk memberitahu manusia mengenai bencana yang telah ditentukan bagi mereka di dunia ini, atau orang yang mengetahui bahwa Allah telah mengutuk suatu umat dan memberitahu mereka mengenai hal ini, atau yang melepaskan diri dari jiwa rendahnya pada waktu-waktu tertentu, sehingga ia mampu mengetahui apa yang akan terjadi di dalam kubur dan pada hari kiamat, dan yang memberitahu mereka mengenai hal-hal ini. Orang pada tingkatan ini disebut “pemberi peringatan” (mundzir).
8. 8. Jika kebijaksanaan Ilahi mengharuskan bahwa orang “yang diberikan pemahaman” diutus kepada umat manusia, sehingga ia menjadi sebab bagi dikeluarkannya umat dari kegelapan ke dalam cahaya, maka Allah mengharuskan hamba-hambaNya untuk menerima orang ini, lahir dan batin. Dewan Malaikat Tertinggi akan merasa puas dan mendoakan kebaikan bagi orang-orang yang mengikuti dan menyertai dia, dan mereka menyediakan kutukan bagi orang-orang yang menentang dan menolaknya. Allah telah memberitahu umat mengenai hal ini dan membuat mereka mematuhinya. Orang yang seperti itu adalah “seorang nabi”. Tingkatan nabi yang terbesar adalah yang risalahnya mempunyai dimensi tambahan yang sesuai dengan tujuan Allah swt. Untuknya, yaitu bahwa ia harus menjadi sebab untuk dikeluarkannya umat “dari kegelapan kepada cahaya” dan bahwa umatnya menjadi “umat terbaik yang dikeluarkan bagi umat manusia”, sehingga risalah yang ia sampaikan harus dilengkapi dengan risalah tambahan.
Syah Waliyullah al-Dihlawi, Argumen Puncak Allah, Judul aslinya Hujjah Allah al Balighah pada Bab 55 Hakikat Kenabian dan Ciri-Cirinya (Serambi: hal. 356-359).
blog yang menarik akh....
ReplyDeletesalam kenal saja...
kunjungin blog saya ya akh...
http://elgharuty82.blogspot.com/
tetap Semangat!!
salam kenal juga. wah blognya bagus tuh.. meriah dan berisi.
ReplyDeletetetap berkarya.
Assalammu'alaikum
ReplyDeleteSalam kenal, semoga akan selalu bermamfaat buat semua umat
Blognya Bagus Nih...
ReplyDeleteMas saya izin share ke blog saya ya.. !!
Saya pake kok Sumbernya... :D
Kunjungi Blog Saya Di
http://funblogafar.blogspot.com
a susah banget cari artikel di PC
ReplyDeleteartikelnya bagus...
ReplyDeletethank for infonya.
IMAM MAHDI DAN NABI ISA AL MASIH
ReplyDeleteIssu kedatangan Imam Mahdi itu sebenarnya wujud harapan para umat pengikut Nabi Ibrahim As. yakni sejak kaum Nabi Ismail As. dan khususnya kaum Nabi Ishak As. setelah beliau berdoa sbb.: “Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Qur’an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana” (QS. 2:129).
Oleh katurunan beliau ini selanjutnya, ditunggu-tunggulah kedatangan 'sang' tokoh sampai datang nabi terakhir dari dinasti Bani Israel keturunan Nabi Ishak As. yakni Nabi Isa As bin Maryam. Namun sayangnya, dalam kitab suci Injil, sebagai kitab terakhir yang dianugerahi pada keturunan Israil, masih juga disebut issu akan datang kelak Imam Mahdi, Mesiah, Satrio Piningit dsb. Bahkan Nabi Isa al Masih memberikan pesan wahyunya pada umatnya(QS. 61:6)
Maka akhirnya, lahirlah Nabi kita Muhammad SAW sebagai Rasul Allah dan sekaligus penutup para nabi (QS. 33:40) dengan membawa Al Quran yang didalamnya memuat pernyataan atau ikrar Allah SWT bahwa Nabi dan Rasul Muhammad SAW adalah sebagai nabi pemungkas atau terakhir, dan sudah itu tidak akan ada lagi manusia yang diangkat dan dianugerahi sebagai nabi apalagi sebagai 'rasul'. Memang, selama ini kita keliru membedakan pengertian nabi dan rasul, sebenarnya beda konkritnya nabi pasti manusia tapi rasul bisa saja dianugerahi pada makhluk Allah Ta'ala yang lain seperti malaikat. Semua nabi pasti nyampaikan syariat Allah Ta'ala, karena itu sesuai dengan QS. 33:40 maka setelah Muhammad SAW tidak ada lagi pengangkatan sebagai nabi apa lagi rasul yang berasal dari manusia.
Ahmadiyah selalu berkelit jika berbicara tentang kenabian terlebih jika dikaitkan dengan peran Mirza Ghulam Ahmad (MGA)-nya, tokoh ini slalu dianggapnya sebagai nabi bukan pembawa syariat lihat sbb.: Ahmadiyah memandang Rasulullah SAW., sebagai Khaataman-Nabiyyiin dengan kedudukan yang paling luhur dan afdhal dalam segala hal. Ahmadiyah tidak melihat suatu kelebihan dalam arti penutup atau penghabisan dari segi masa dan waktu. Rasulullah SAW., di pandang oleh Ahmadiyah sebagai Khaataman-Nabiyyiin dengan pengertian martabat yang paling luhur yang beliau miliki itu, melebihi siapa pun juga.
(Lihat, Al-Qaul al-Sharih, 1961:170). *** http://www.as-salafiyyah.com/2010/11/mengenal-pendiri-dan-ajaran-ahmadiyah.html. Lebih parahnya lagi, MGA sudah berposisi sebagai nabi dan rasul, bahkan tokoh ini adalah Imam Mahdi dan sekaligus Isa Al Masih. Jadi dengan dalih Hadits Nabi Muhammad SAW dia telah 'diwangsitkan' sebagai nabi, rasul, Imam Mahdi sekaligus Isa Al Masih.
Kembali ke masalah peran Nabi Muhammad SAW maka selain sebagai nabi terakhir, Saidina Muhammad SAW juga dianugerahi dengan nama agama yang formal, dimana para nabi yang sebelum ini tidaklah diberikan atau disertai dengan nama agamanya, yakni ISLAM (QS. 5:3). Karena itu, nama Islam tidak pernah tersebut sama sekali dalam kitab-kitab suci sebelum Al Quran.
Dengan kedatangan Nabi Muhammad SAW sekaligus juga terjawablah issu tentang akan datang lagi Nabi Isa bin Maryam dan issu Imam Mahdi. Berarti, Nabi Isa As. tidak akan datang lagi karena sudah tegas dinyatakan dalam Al Qiran (S. 2:134 dan 141). Begitu juga tentang Imam Mahdi tidak akan 'muncuk' bagi Syiah, dan tidak akan lahir lagi bagi Sunni. Karena impian Nabi Ibrahim As. sesuai dengan doa beliau (QS. 2:129) maka sebagai Imam Mahdi yang ditunggu baik oleh Bani Israil maupun kita saat ini, ya itu tidak lain adalah penutup para nabi yakni Nabi kita Saidina Muhammad SAW.
Tinggal bagaimana para khalifah-khalifah (ya raja, presiden, gubernur, pangeran, sultan, bupati atau walikota) yang mengemban missi suci (QS. 35:39) kini dan yang akan datang ‘mampu’ untuk membumikan Islam dan Al Quran dalam kehidupan nyata di dunia ini, ya masalah sosial budaya terutama masalah kekuasaan dan pemerintahannya.
kunjungi blog ane juga ni anwarmusyaddat.blogspot.com
ReplyDelete